BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pertanian dalam
pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan
pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu,
terutama yang bersifat semusim.
Usaha pertanian
diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha
tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang
setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat
kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga
(misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan
semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai
subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan.
Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi
sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua usaha
pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar
pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit,
metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek
ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia
melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang
dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan
yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian
intensif,keduanya sering kali disamakan .Sisi yang berseberangan dengan
pertanian industrial adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
Pertanian
berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik atau
permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan
dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya.
Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah
daripada pertanian industrial.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas, penulis mengambil rumusan masalah yang terkait dengan masalah
keterampilan petani.
1.
Apa
yang menyebabkan keterbatasan penguasaan teknik budidaya pada komoditi
tertentu? Dan bagaimana solusi mengatasinya?
2.
Apa yang menyebabkan kurangnya orientasi
agribisnis? Dan bagaimana dengan solusinya?
3.
Apa
yang menyebabkan kurangnya penguasaan proses pengolahan pasca panen? Dan
bagaimana dengan solusinya?
4.
Apa
yang menyebabkan kurangnya kemampuan mengakses pasar? Dan bagaimana solusinya?
C. Tujuan
dan Manfaat
1.
Untuk
mengetahui penyebab dan solusi dalam keterbatasan penguasaan teknik budidaya
pada komoditi tertentu yang dialami petani.
2.
Untuk
mengetahui penyebab dan solusi dalam kurangnya orientasi agribisnis pada
petani.
3.
Untuk
mengetahui penyebab dan solusi dalam kurangnya penguasaan peoses pengolahan
pasca panen pada pertanian.
4.
Untuk
mengetahui penyebab dan solusi dalam kurangnya kemampuan petani untuk mengakses
pasar.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
KETERBATASAN
PENGUASAAN TEKNIK BUDIDAYA PADA KOMODITI TERTENTU.
A. Pengertian
teknik budidaya
Teknik budidaya tanaman
adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan
memanfaatkan sumberdaya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya tanaman meliputi
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Sebagaimana dapat dilihat,
penggolongan ini dilakukan berdasarkan objek budidayanya:
·
Budidaya tanaman,
dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang diolah secara intensif.
·
Kehutanan, dengan obyek
tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar.
Budidaya tanaman memiliki dua ciri penting yaitu:
1. Selalu
melibatkan barang dalam volume besar.
2. Proses
produksinya memiliki risiko yang relatif tinggi.
Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan
makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk keg`iatan itu serta jangka
waktu tertentu dalam proses produksi.
Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya
alga, hidroponika telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar
usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
B. Penyebab yang
ditimbulkan dari masalah diatas.
§ Kurangnya
teknologi yang dapat membuat keterbatasan petani dalam teknis membudidayakan
tanaman (komoditi).
§ Rendahnya
tingkat pendidikan petani di Indonesia
§ Ketidak
mampuan petani dalam hal permodalan
§ Kebiasaan
yang turun menurun dari petani terdahulu
C. Solusi
yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
·
Teknologi
o Adanya
kemampuan petani untuk memperoleh teknologi yang senantiasa lebih maju dan
adanya peran pemerintah untuk menyediakannya secara local. Seperti benih
unggul, pupuk, pestisida, dan alat pertanian lainnya.
o Menyediakan
jaringan internet yang dapat memudahkan petani untuk mengakses perkembangan dan
informasi dalam pertanian khususnya membudidayakan hasil pertanian.
·
Pendidikan
o Dalam
aspek pendidikan, yang paling sesuai untuk para petani adalah pendidikan
non-formal.
o Adanya
penyuluhan, pelatihan, dan training pertanian yang dilakukan pihak pemerintah
dan swasta ke desa-desa terpencil yang sulit untuk mengakses perkembangan
teknis membudidayakan hasil pertanian.
·
Modal
o Adanya
peran pemerintah dalam membantu para patani pada permodalan dengan memberikan
pinjaman dengan bunga yang rendah.
o Adanya
peran pengusaha yang memberikan/ yang menginvestasikan modalnya sehingga para
petani termotivasi dalam mengembankan hasil produksinya.
·
Kebiasaan
o Memberikan
penyuluhan dan pelatihan kepada petani untuk melakukan inovasi-inovasi baru
yang bisa lebih menguntungkan. Sehingga petani terbiasa melakukan inovasi
tersebut dan kebiasaan yang tidak efektif dan efisien.
2.
KURANGNYA
ORIENTASI AGRIBISNIS
Kurangnya
orientasi Agribisnis artinya sikap dan pemikiran
para petani-petani di Indonesia yang masih mengedepankan produksi (budidaya)
membuat pertanian di Indonesia belum efisien dan efektif dalam pengembangannya.
Prinsip-prinsip yang ditekuninya hanyalah
berorientasi atau memikirkan tingkat keuntungan atau paling tidak kembalinya
modal. Persoalannya adalah kesederhanaannya dalam menerapkan prinsip bisnis
menyebabkan nilai tambah yang diperolehnya sangat minim. Sehingga sering
terjadi petani yang menjadi mangsa tangkulak/pengijon dan terkadang petani jadi
korban peredaran benih, pupuk, dan pestisida palsu.
Adapun hal-hal yang mendasari sikap atau yang menjadi
penyebabnya adalah sebagai berikut:
·
Iklim yang tidak bisa
dikembalikan sehingga perlu pembangun strategi dalam membangun agribisnis.
·
Kurangnya modal bagi
pelaku agribisnis.
·
Infrastruktur yang
belum berkembang dengan baik sehingga menghambat distribusi dalam pemasaran.
·
Kurangnya pengembangan
agribisnis bagi para pelakunya secara professional.
·
Kurangnya partisipasi
masyarakat dalam membangun agribisnis dan minimnya pengetahuan dalam
pengembangan agribisnis sebagai pelaku utama.
Berangsurnya perubahan referensi konsumen yang
semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap, maka motor
penggerak sector agribisnis harus berubah dari usaha tani kepada industry
pengolahan (Agroindustri)
Orientasi berfikir petani kita harus berubah ke
orientasi agribisnis. Usaha tani harus
dipandang sebagai sebuah system yang terdiri dari komponen-komponen yang
melengkapinya, diantaranya yaitu:
·
Input (masukan)
·
Produksi
·
Pasca Panen
·
Pengolahan, dan
·
Pemasaran
Ke lima factor tersebut adalah factor mutlak yang
harus diperhatikan. Bukan hanya sekedar factor produksinya saja . inilah yang
dimaksud dengan berfikir yaitu berfikir dari hulu ke hilir (satu siklus usaha
tani).
Indonesia adalah Negara yang kaya akan SDA,
Indonesia adalah Negara Agraris
dimana semuanya dapat dikembangkan untuk merubah status Negara yang berkembang
menjadi menjadi Negara maju.
Petani adalah sebagai penggerak utama perekonomi
Negara. Petani harus diberdayakan bukan diperdayakan. Untuk terciptanya itu
semua ada factor-faktor yang harus dikembangkan, yaitu:
·
Lahan (SDA)
·
Potensi
·
Tenaga Kerja
·
Basis Ekonomi Lokal Pedesaan
Banyak hal yang harus dipikirkan oleh petani, bukan
hanya mengedepankan produksi semata, tetapi harus memikirkan pasar terlebih
dahulu.
Pasar adalah komponen pertama yang mutlak
diperhatikan, sebelum melakukan produksi. Informasi pasar sangat penting,
karena dengan itu dapat mengetahui berapa banyak suatu komoditas pertanian
tersebut yang dibutuhkan oleh pasar.
Hal-hal yang sering terjadi pada petani yang tidak
berorientasi agribisnis yaitu mengalami kerugian. Karena jumlah komoditi yang
diproduksi lebih banyak dari pada permintaan pasar (over production) yang
menyebabkan komoditi tidak laku dijual dipasaran. Dimana untuk menghasilkan
produksi tersebut memerlukan dana atau biaya yang tidak sedikit.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara
lain :
·
Melakukan penelitian
dan mencari strategi dengan teknologi yang tepat dalam mengantisipasi iklim
yang terjadi.
·
Adanya kebijakan
pemerintah bagi dunia perubahan untuk memudahkan permodalan bagi para pelaku
agribisnis
·
Membangun dan membenahi
infrastruktur khususnya dipedesaan yang menunjang kegiatan agribisnis.
·
Melakukan pendampingan
agribisnis kepada pelaku utama secara professional dan berkelanjutan.
Pentingnya atau pengaruhnya pengembanggaan pertanian
yang berorientaasi Agribisnis yaitu:
a.
Meningkatkan pendapatan
produksi baik petani maupun pengusaha
b.
Meningkatkan penyerapan
tenaga dalam jumlah yang cukup besar
c.
Meningkatkan devisa
melalui peningkatan ekspor di sector pertanian
d.
Menambah jumlah industry
pertanian(agroindustri) yang baru.
Karena alasan itulah maka pedekatan pembangunan
memerlukan sentuhan agribisnis. Agar pendekatan pembangunan memerlukan sentuhan
agribisnis ini dapat berhasi maka pemerintah memperkenalkan konsep’ pertanian
tangguh’. Konsep ini pada dasar adalah konsep pembangunan pertanian berdasarkan
diri pada peningkatan sumber daya manusia(SDM) sebagaimana perminataan daripada
yang dituliskan dalam garis besar haluan Negara (GBHN).
3.
KURANGNYA
PENGUASAAN PROSES PENGOLAHAN PASCA PANEN
Pasca panen adalah penanganan hasil pertanian segera
setelah pemanenan. Penenganannya mencakup pengeringan, pendinginan,
pembersihan, penyortiran, penyimpanan, dan pemasaran. Karena hasil pertanian
yang sudah terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan
kimiawi dan cenderung menuju proses pembusukan. Penaganan pasca panen apa bahan
hasil pertanian setelah melewati penanganan pascapanen, apakah akan dimakan
segera atau dijadikan bahan makanan lainya.Tujuan utama dari penanganan pascapanen
adalah mencegah hilangnya kelembaban, memperlambat perubahan kimiawi yang tidak
diinginkan, mencegah kerusakan fisik.
Penanganan pasca panen yang baik akan
menekan penurunan baik dalam
kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar (not marketable)
atau tidak layak dikonsumsi.
Untuk menekan kehilangan tersebut perlu diketahui :
Þ
Sifat biologi hasil tanaman yang ditangani :
struktur dan komposisi hasil tanaman
Þ
Dasar-dasar fisiologi pasca panen : respirasi,
transpirasi, produksi etilen
Þ
Teknologi penangan pasca panen yang sesuai
Keuntungan
melakukan penanganan pasca panen yang baik:
1. Dibanding
dengan melakukan usaha peningkatan
produksi, melakukan penanganan pasca
panen yang baik mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
Þ Jumlah
pangan yang dapat dikonsumsi lebih banyak
Þ Lebih
murah melakukan penanganan pasca panen (misal dengan penangan yang hati-hati,
pengemasan) dibanding peningkatan produksi yang membutuhkan input tambahan
(misal pestisida, pupuk, dll).
Þ Risiko
kegagalan lebih kecil. Input yang diberikan pada peningkatan produksi bila
gagal bisa berarti gagal panen. Pada penanganan pasca panen, bila gagal umumnya
tidak menambah “kehilangan”.
Þ Menghemat
energi. Energi yang digunakan untuk memproduksi hasil yang kemudian “hilang”
dapat dihemat.
Þ Waktu
yang diperlukan lebih singkat (pengaruh perlakuan untuk peningkatan produksi
baru terlihat 1 – 3 bulan kemudian, yaitu saat panen; pengaruh penanganan pasca
panen dapat terlihat 1 – 7 hari setelah perlakuan
2.
Meningkatkan nutrisi
Melakukan
penanganan pasca panen yang baik dapat mencegah kehilangan nutrisi, berarti
perbaikan nutrisi bagi masyarakat.
3.
Mengurangi sampah, terutama di kota-kota dan ikut
mengatasi masalah pencemaran lingkungan.
Keberhasilan penanganan pasca panen
sangat ditentukan dari tidakan awalnya, yaitu panen dan penanganan pasca panen yang baik harus dimulai sedini
mungkin, yaitu segera setelah panen.
A.
PANEN
Panen merupakan
pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal
dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk penyimpanan dan
pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya akan melalui jalur-jalur
tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang-pendeknya jalur tataniaga
tersebut menentukan tindakan panen dan pasca panen yang bagaimana yang
sebaiknya dilakukan. Pada dasarnya yang
dituju pada perlakuan panen adalah mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan
kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang
“rendah”.
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik,
2 hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan, yaitu :
1. Menentukan waktu panen yang tepat.
Yaitu menentukan “kematangan” yang tepat dan saat panen yang sesuai,
dapat dilakukan berbagai cara, yaitu:
Ø Cara
visual / penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah,
Ø ukuran,
perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain
Ø Cara
fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik dan
lain-lain.
Ø Cara
komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai
bunga mekar.
Ø Cara
kimia, yaitu dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau senyawa
yang ada dalam komoditas, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar asam, aroma
dan lain-lain.
2.
Melakukan penanganan panen yang baik.
Yaitu menekan kerusakan yang dapat terjadi.
Dalam
suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu
diperhitungankan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan
(sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah. Untuk menetukan waktu panen mana atau kombinasi cara
mana yang sesuai untuk menentukan kematangan suatu komoditas, kita harus
mengetahui proses pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman yang
akan dipanen.
Menentukan waktu panen atau kematangan
yang tepat juga tergantung dari komoditas dan tujuan/ jarak pemasarannya atau
untuk tujuan disimpan. Untuk serealia
(biji-bijian), hasil tanaman dipanen saat biji sudak tua dan mengering.
Pada buah-buahan, untuk
pemasaran jarak dekat, komoditas dapat dipanen saat sudah matang benar dan ini
umumnya tidak sulit untuk ditentukan, tapi untuk pemasaran jarak jauh atau
untuk dapat disimpan lama, kita harus mempertimbangkanjarak atau waktu tersebut
dengan proses kematangan yang terjadi dari tiap komoditas. Bila panen terlalu
awal, kualitas hasil akan rendah, begitu juga bila panen terlambat, komoditas
tidak tahan lama disimpan. Selain
menentukan kematangan yang tepat, saat akan melakukan panen juga harus
memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai.
1.
Penanganan Panen yang Baik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada penanganan panen :
Þ Lakukan
persiapan panen dengan baik . Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat
penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang terampil dan tidak
ceroboh.
Þ Pada
pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen secara hati-hati.
Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang
sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan, bawang merah dicabut dan
pada kentang, tanah di sekitar tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul
atau kored dan umbi dkieluarkan dari dalam tanah. Hnidari kerusakan/luka pada
umbi saat pembongkaran tanah.
Þ Memperhatikan
bagian tanaman yang dipanen.
Þ Gunakan
tempat / wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan hasil panen di
atas tanah atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil panen terlalu
tinggi.
Þ Hindari
tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak melakukan
pemindahan wadah. Pada tomat, hindari memar atau lecet dari buah karena
terjatuh, terjadi gesekan atau tekanan antar buah atau antar buah dengan wadah.
Meletakan buah dengan hati-hati, tidak dengan cara dilempar-lempar.
Þ Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi
yang baik dari buah atau umbi yang luka, memar atau yang kena penyakit atau
hama, agar kerusakan tersebut tidak menulari buah atau umbi yang sehat.
2.
Penanganan segera setelah panen
Pada penanganan hasil tanaman, ada
beberapa tindakan yang harus dilakukan segera
setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan
menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan
lama disimpan.
Perlakuan tersebut antara lain:
o Pengeringan (drying) bertujuan
mengurangi kadar air dari komoditas.
Pada bijibijian pengeringan dilakukan sampai kadar
air tertentu agar dapat disimpan lama. Pada bawang merah pengeringan hanya
dilakukan sampai kulit mengering.
o Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk
buah-buahan dan sayuran buah.
Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang
dingin/sejuk, tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun
dapat segera didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah
dapat bertahan lebih lama. Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya
dilakukan pada temperatur rendah (sekitar 10°C) dalam waktu 1-2 jam.
o Pemulihan (curing) untuk
ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan kentang dilakukan pemulihan
dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi
kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah itu juga segera disimpan
di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang segera disimpan di
tempat gelap (tidak ada penyinaran). Curing juga berperan menutup luka
yang terjadi pada saat panen.
o Pengikatan (bunching) dilakukan
pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah yang bertangkai seperti
rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk memudahkan penanganan dan
mengurangi kerusakan.
o Pencucian (washing) dilakukan
pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan kotoran yang
menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat
mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa. Pencucian
disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan pada air pencuci
sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada
mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena lapisan lilin pada
permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang pencucian dapat menunda kematangan.
o Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu
membersihkan dari kotoran atau benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang
tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
o Sortasi yaitu pemisahan
komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar,
terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang
sehat.
B. Penanganan pasca panen
Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan:
-
Grading (pengkelasan)
dan standarisasi
-
Pengemasan dan
pelabelan
-
Penyimpanan
-
Pengangkutan.
Pada
beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan antara lain : pemberian bahan kimia, pelilinan,
pemeraman.
1.
Grading dan
Standarisasi
Grading adalah pemilahan berdasarkan
kelas kualitas. Biasanya dibagi
dalam kelas1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C
dan seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya.Tujuan dari
tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang
lebih baik. Standard yang digunakan untuk pemilahan (kriteria ) dari masing-masing kualitas tergantung dari
permintaan pasar. Standarisasi
merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut kemasannya yang dibuat untuk
kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen,
dapat mencakup kelompok tertentu
atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.
2.
Pengemasan / pengepakan / pembungkusan
Keuntungan dari pengemasan yang baik:
-
Melindungi komoditas
dari kerusakan
a. Melindungi
dari kerusakan mekanis : gesekan, tekanan, getaran
b. Melindungi
dari pengaruh lingkungan : temperatur, kelembaban, angin
c. Melindungi
dari kotoran / pencemaran : sanitasi
d. Melindungi
dari kehilangan (pencurian) : memudahkan pengontrolan
-
Memudahkan penanganan :
a. Penggunaan
berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan
b. Memberikan
kesinambungan dalam penanganan
c. Mengacu
pada standarisasi wadah / kontainer
- Meningkatkan
pelayanan dalam pemasaran
a. Praktis
untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil)
b. Lebih
menarik
c. Dapat
untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas
d. Penggunaan
label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi produk yang dikemas
-
Mengurangi / menekan
biaya transportasi / biaya tataniaga
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:
-
Pengemasan harus
dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka, terjatuh atau kerusakan
lain.
-
Hanya komoditas yang
baik yang dikemas (melalui sortasi)
-
Tempat pengemasan harus
bersih dan hindari kontaminasi
-
Container atau wadah
dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau pelindung,harus bersih atau untuk
yang tidak “didaur pakai” seperti kardus, plastik transparan dan lain-lain,
harus yang baru.
-
Pengemasan pada
beberapa komoditas dilakukan setelah precooling . Pengemasan sebaiknya
dilakukan pada tiap grad kualitas
secara terpisah.
-
Bahan pengemas harus
kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang dikemas dan lama
penyimpanan/pengangkutan.
Pada
beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang diperbolehkan, juga
dalam hubungannya dengan penggunaan bahan kimia setelah panen.
3.
Penyimpanan (Storage operation)
Tujuan /
guna penyimpanan
a.
Memperpanjang kegunaan
(dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas)
b.
Menampung produk yang
melimpah
c.
Menyediakan komoditas
tertentu sepanjang tahun
d.
Membantu dalam
pengaturan pemasaran
e.
Meningkatkan keuntungan
finansial bagi produsen
f.
Mempertahankan
kualiatas dari komoditas yang disimpan
Prinsip dari perlakuan penyimpanan :
a.
Mengendalikan laju
transpirasi
b.
Mengendalikan repirasi
c.
Mengendalikan /
mencegah serangan penyakit
d.
Memcegah
perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen
Lama penyimpanan (ketahanan simpan) dapat
diperpanjang dengan beberapa cara sebagai berikut :
Þ Mengontrol
penyakit yang timbul setelah panen
Þ Mengatur
kondisi atmosfer (C.A. storage)
Þ Perlakuan
kimia (chemical treatment)
Þ Perlakuan
penyinaran (irradiation)
Þ Penyimpanan
dingin (refrigeration)
Penyimpanan dingin merupakan cara
penyimpanan yang murah (terjangkau), efektif (bisa digunakan untuk semua
komoditas) dan efisien (dapat dikombinasikan dengan cara-cara penyimpanan yang
lain), namun untuk kondisi daerah tropis yang mempunyai temperatur udara
rata-rata cukup tinggi, penyimpanan hasil pertanian dalam temperatur rendah
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Þ
Sifat hasil tanaman. Tanaman yang berasal
dari daerah tropis umumnya tidak tahan temperatur rendah, temperatur
penyimpanan dingin umumnya tidak berada di bawah 12oC. Ketahanan terhadap
temperatur rendah dari berbagai bagian tanaman juga berbeda.
Þ
Hindari chilling injury. (Kerusakan
hasil tanaman karena temperature rendah). Penyebab chilling injury bisa karena
kepekaan komoditas terhadap temperatur rendah, kondisi tempat penyimpanan, cara
penyimpanan dan lama penyimpanan.
Þ
“Don’t break the cold-chains” Penyimpanan
dingin dari suatu hasil tanaman harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai di
tangan konsumen.
Faktor yang berpengaruh pada keberhasilan
penyimpanan
-
Perlakuan sebelum panen
-
Panen dan penanganan
panen
-
Precooling
-
Kebersihan
-
Varietas /kultivar
hasil tanaman dan tingkat kematangannya
4.
Pengangkutan:
Pengangkutan
umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi penyimpanan pada
komoditas yang diangkut harus diterapkan.
Faktor
pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:
-
Fasilitas angkutannya
-
Jarak yang ditempuh
atau lama perjalanan
-
Kondisi jalan dan kondisi
lingkungan selama pengangkutan
-
Perlakuan
“bongkar-muat” yang diterapkan.
5.
Pemberian bahan kimia:
Berbagai
tujuan pemberian bahan kimia, antara lain:
-
Insektisida atau
Fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit setelah panen.
-
Penyerap etilen
(ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul selama penyimpanan
buah agar pematangan buah dapat diperlambat.
-
Pemberian etilen untuk
mempercepat pematangan atau untuk pemeraman.
-
Pemberian zat
penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas
-
Pelilinan untuk
mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada dipermukaan buah.
-
Pemberian kapur pada
tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah pembusukan.
-
Pemberian senyawa
tertentu untuk warna yang lebih baik
a.
Prinsip dasar dari penanganan pasca panen yang baik:
1.
Mengenali sifat biologis hasil tanaman yang akan ditangani
v Hasil
pertanian yang telah dipanen masih hidup,
masih melakukan respirasi, dan transpirasi, sehingga penanganan pasca
panen yang dilakukan harus selalu memperhatikan hal ini.
v Sifat
biologi setiap hasil pertanian berbeda, perlakuan pasca panen yang tepat untuk
tiap komoditas akan berbeda.
v Bagian
tanaman yang dimanfaatkan juga berbeda-beda sifatnya (daun, batang, bunga,
buah, akar).
v Struktur
dan komposisi hasil tanaman dari tiap bagian tanaman berbeda.
Perubahan-perubahan yang terjadi dari bagian tanaman
setelah panen.
a.
Perubahan fisik / morfologis :
Contohnya : Daun – menguning, Bunga
– layu, Batang – memanjang atau mengeras, Buah matang – ranum, -
“bonyok” dan lain-lainnya.Buah muda – jagung manis – biji keriput
b.
Perubahan komposisi : contohnya kadar air –
berkurang
2.
Mengetahui jenis kerusakan yang dapat terjadi
Þ
Kerusakan Fisik – Fisiologis
o
Perubahan-perubahan
terjadi karena proses fisiologi (hidup) yang terlihat
o
sebagai perubahan fisiknya
seperti perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak,
o
keras, alot, keriput,
dll. Juga bisa terjadi timbul aroma, perubahan rasa,
o
peningkatan zat-zat
tertentu dalam hasil tanaman tersebut.
Þ
Kerusakan Mekanis
o
Kerusakan disebabkan
benturan, gesekan, tekanan, tusukan, baik antar hasil
o
tanaman tersebut atau
dengan benda lain. Kerusakan ini umumnya disebabkan
o
tindakan manusia yang
dengan sengaja atau tidak sengaja dilakukan. Atau
o
karena kondisi hasil
tanaman tersebut (permukaan tidak halus atau merata,
o
berduri, bersisik,
bentuk tidak beraturan, bobot tinggi, kulit tipis, dll.).
o
Kerusakan mekanis
(primer) sering diikuti dengan kerusakan biologis (sekunder)
Þ
Kerusakan Biologis
o
Penyebab kerusakan
biologis dari dalam tanaman : pengaruh etilen
o
Penyebab kerusakan
biologis dari luar : Hama dan penyakit
3.
Melakukan penanganan yang baik
- Menggunakan
teknologi yang baik dan menyesuaikan dengan tujuan penanganan
- Hindari
kerusakan apapun penyebabnya dalam penanganan pasca panen.
- Penanganan
harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti kaidah-kaidah yang ditentukan
- Mempertimbangkan
hubungan biaya dan pemanfaatan.
4.
Faktor yang berpengaruh pada kerusakan hasil tanaman :
a.
Faktor biologis : repirasi,
transpirasi, pertumbuhan lanjut, produksi etilen, hama penyakit
b.
Faktor lingkungan : Temperatur,
kelembaban, komposisi udara, cahaya, angin, tanah/media
4.
KURANGNYA KEMAMPUAN MENGAKSES
PASAR
Pasar adalah tempat terjadinya transaksi
antara penjual dan pembeli hingga terbentuknya harga. Pasar juga merupakan
salah satu dari 5 syarat mutlak yang dikemukakan oleh Mosher, karena pasar akan
menampung hasil-hasil produksi yang berasal dari petani dengan harga yang dapat
menguntungkan petani, agar kembalinya biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk
berproduksi, sehingga petani dapat melakukan produksi kembali.
Kurangnya kemampuan dalam mengakses
pasar disebabkan oleh beberapa hal seperti berikut:
·
Biaya,
adalah semua pengobanan yang perlu dilakuka untuk suatu produksi yang
dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku. Biaya dikatakan
sebagai salah satu penyebab kurangnya kemampuan mengakses pasar, apabila
petani memiliki biaya yang terbatas, dan
letak pasar yang jauh dari daerah tersebut, mereka hanya bisa menjual produksi kepada para pengepul saja karena apabila
mereka menjual kepasar, maka petani akan memerlukan biaya tambahan seperti
biaya-biaya transportasi kepasar , dan ini akan memberatkan petani yang
memiliki biaya terbatas. Sehingga kurangnya kemempuan untuk mengakses pasar.
·
Transportasi,
adalah pemindaha manuusia atau barang dari satu tempat ketempat lainnya dengan
menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Karena
apabila transportasi menju pasar tidak memadai, maka proses mengakses pasar
akan mengalami angguan. Sehingga akan memerlukan waktu yang lebih lama, dan
biaya transportasi yang dikeluarkan akan lebih banyak.
·
Informasi,adalah
pesan, ucapan, ekspresi, atau kumpulan pesan yang terdiri dari symbol-simolyang
dapat ditafsirkan oleh sipenerima. Karena apabila ekurangnya informasi akan
merugikan petani. Seperti disuatu daerah, permintaan suatu kmoditi sangat
banyak, dan petani yang tidak mengetahui informasi itu tidak membawa barang
produksi sebanyak yang diinginkan
konsumen sehingga petani mengalami kerugian.
Cara mengatasinya:
·
Biaya,
pemerintah harus memberikan pinjaman atau kredit produksi kepatda petani dengan
bunga yang rendah. Sehingga petani dapat memiliki biaya untuk mengakses pasar.
·
Transportasi,
pemerintah harus memberikan fasilitas transportasi seperti jalan dan
memperbaiki pasar yang rusak untuk memudahkan petani dalam mengakses pasar
sehingga hasil pertanian yang dibawa tidak mengalami kerusakan. Pemerintah juga
menyediakan jasa pengangkutan sehingga barang/hasil produksi bisa tersebar di
daerah-daerah dimana konsumen membutuhkan produksi tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kegiatan
pertanian perlu melakukan teknik budidaya yang tepat sesuai dengan jenis
komoditinya untuk menghasilkan bahan pangan serta produk- produk agroindustri
yang sesuai dengan manfaatnya. Dengan demikian produksi pertanian dapat
ditingkatkan dan dapat memenuhi permintaan pasar. Sehingga petani memperoleh
keuntungan.
Salah satu
syarat agar produk pertanian dapat dipasarkan adalah kualitasnya yang memenuhi
standar. Untuk menghasilakan produk berkualitas petani harus melakukan
penggolahan pasca panen yang baik sesuai dengan jenis komoditi yang
dibudidayakan. Setelah petani mampu menghasilkan produk pertanian yang
berkualitas, petani juga harus mampu mengakses informasi pasar.
B. Saran
Petani itu harus
diberdayakan bukan diperdayakan. Melakukan penyuluhan dan pelatihan yang akan
memotivasi petani untuk meningkatkan produktifitas kinerja yang efektif dan
efisien. Petani harus menguasai teknologi untuk memudahkan petani meningkatkan
produksinya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.Potensidankendalapengembanganagribisnis (dalam blog andi irawan.html/) diakses
pada tanggal 06 Juni 2014 pukul 20.00 Wib.
http://www.pengertianpermintaan,penawarandanhukumpermintaandanpenawarandanhargakeseimbangan(dalam Chandapamungkas’sblog.html/) diakses pada
tanggal 07 Juni 2014 pukul 22.15 Wib.
http://www.kendalautamadalampemasaranprodukagrobisnis.html/ diakses pada tanggal 08 Juni 2014 pukul
09.45 Wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik pasca panen diakses pada tanggal
7 Juni 2014 pukul 16:16 Wib
http://pepkelompok2.blogdpot.com/2011/06/week-9.html diakses tanggal 8 Juni 2014 Pukul 16:08
Wib
http://pustaka.unpad.ac.id/wp
content/uploads/2009/11/penanganan_pasca_panen_hasil_pertanian.pdf diakses tangga 8 Juni 2014 Pukul 16:15
Wib
Soekartawi.2002.Prinsip
Dasar Ekonomi Pertanian.PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.238 hal